Jumat, 14 Januari 2011

Makna Kehidupan: Belajar Mengambil Hikmah dari Suatu Peristiwa yang Menimpa Kita

Tulisan ini terinspirasi dari  seorang sahabat tohitem yang sedang mengalami sebuah pertarungan dan kompetisi dalam kehidupan (tersisih dari sebuah sistem yang begitu dinamis, dikarenakan ketidaksiapan menghadapi sebuah perubahan). Yach, kehidupan yang ternyata teramat keras dan tidak kenal ampun., begitu ibaratnya.  (Bukan bermaksud menghakimi apalagi memvonis bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita adalah sebuah takdir atau nasib yang telah digariskan). Karena menurut tohitem, bahwa segala sesuatu yang menimpa kita, apakah itu hal baik dan positif ataupun hal buruk yang tidak kita harapkan, lebih kepada hasil dan manifestasi pemahaman akan pengetahuan sesorang yang menjadi dasar perbuatan kita.  Di samping peran Tuhan akan kehidupan kita, dan ini tidak bisa kita bantah.

Kembali ke masalah yang menimpa sahabat tohitem, bahwa ternyata dalam suatu komunitas itu terdiri dari beberapa individu yang saling membutuhkan sekaligus saling mengisi, saling mengikat dan bahkan pada suatu ketika bisa terjadi saling menikam. Hal ini terjadi sebagai ekses pemenuhan kepentingan. Sebagaimana pepatah, tidak ada yang abadi dalam hidup ini kecuali kepentingan. Begitu juga pada sebuah sistem yang didalamnya terdapat berbagai individu-individu yang dinamis, kepentingan di lahirkan sebagai sebuah cara menyatukan pemahaman yang pada akhirnya mengerucut sebagai satu tujuan sistem diadakan. Jadi,  ketika kepentingan telah dibakukan sebagai tujuan bersama, mau tidak mau setiap individu akan berlomba dan berkompetisi untuk bersama-sama meraih tujuan yang ditetapkan.

Namun,  ketika ada individu yang mempunyai perbedaan pemahaman dan salah menafsirkan kepentingan tersebut, sebagai 'kepentingan pribadi' efek yang muncul cenderung menjadi negatif bukan hanya terhadap sistem namun sangat merugikan individu itu sendiri. Dengan sendirinya, individu ini akan tersisih dari pergaulan. Dan yang terjadi, karena terlalu asyik dengan pemenuhan kepentingan pribadinya, individu ini akan menghalalkan segala cara tanpa mengindahkan etika dan tradisi yang berlaku dalam sistem tersebut. Lalu, sistem yang bergerak dan berubah tentu saja akan menggilas tipe individu ini. Tipe individu ini kurang peka terhadap sekitar, karena standar yang diterapkan melulu hanya demi kepentingan pribadi (walapun hal ini dilakukan mungkin karena demi kepentingan keluarga, namun apakah sampai segitunya...??). Dalam hal ini, harusnya setiap individu tidak melupakan pentingnya 'standard kepantasan' dalam pergaulan. Karena ketika kita terbiasa (Jawa: tuman) mengedepankan kepentingan pribadi (sesaat), maka tunggulah waktu hingga jurang menganga mengubur kita.

Sekali lagi, ternyata kepentingan sebagai tujuan bersama bisa merubah apapun menjadi lebih baik (seharusnya), menjadi abadi dan pemersatu (visi)  beberapa individu yang dinamis dan di lain waktu kepentingan bisa menjerumuskan diri kita.  Alasan ekonomi dan  keluarga tidaklah pantas untuk melegalkan kita melakukan perubuatan menyimpang, sebaliknya motivasi dari pemenuhan kebutuhan keluarga menjadi kontrol dan kendali agar kita tidak salah melangkah. Dan penting sekali pengejawantahan pemahaman keyakinan dan agama sebagai filter semua perbuatan kita.

Terlepas dari itu semua, sebagai seorang sahabat, tohitem sangat terkesan dengan sikap ulet, pantang menyerah, dan jiwa marketing dari sahabat tohitem ini. Dan tohitem yakin, bahwa untuk meraih sebuah impian dan kesuksesan terkadang kita mesti melalui rintangan dan cobaan, namun sekali lagi adanya sikap acuh tak acuh  dan  kebiasaan  "tuman" (money oriented) adalah racun yang perlahan membunuh diri kita. Jadi, silahkan memilih..!!

Tidak ada komentar: