Kamis, 06 Januari 2011

Fenomena Hukum Di Indonesia: Menguak Kasus Gayus Tambunan dan Kisruh PSSI vs LPI

Penegakan hukum di Indonesia kembali tercoreng dengan terungkapnya pelesir Gayus Tambunan terdakwa mafia pajak, ke Bali untuk menonton tenis. Tidak beberapa lama, terungkap pengakuan yang sungguh membuat telinga merah, bahwa ternyata gayus tidak hanya pergi ke Bali, namun sempat juga melancong ke Singapura dan Macau, Cina.  Hebatnya lagi,  Gayus berhasil mengelabui (kongkalikong dengan oknum) menggunakan Paspor atas nama Sony Laksono. Atas kejadian ini banyak pejabat terkait kebakaran jenggot dan siap-siap penghuni Lapas bertambah dengan terungkapnya orang-orang yang terlibat di dalamnya.

Belum usai kasus "Sony Laksono", muncul lagi kasus pertukaran napi dan tahanan di Bojonegoro yang di indikasikan melibatkan orang dalam Lapas dan pengacaranya.  Praktek perjokian Napi yang melibatkan Kasiyem ini sungguh memilukan.  Dan masih banyak lagi kasus hukum yang seakan menjadi hal biasa dan merupakan lahan mencari duit bagi segelintir orang yang tidak bermoral. Menyikapi fenomena ini kita sebagai masyarakat awam hanya bisa mengelus dada dan menyumpah dalam hati melihat dan mendengar kejadian ini. Dalam hati pula, kita bertanya, sebenarnya siapa yang salah di negeri ini. Para pejabat dan pemimpin kita, ataukah sistem kita yang memang teramat mudah dan bercelah sehingga begitu mudahnya di siasati. Atau kita yang bodoh sehingga begitu tololnya dicekoki  omong kosong dan bualan orang-orang pintar yang harusnya melindungi dan memberi contoh hal baik pada kita.

Kisruh ISL vs LPI

Geliat dan euforia  dunia persepakbolaan Indonesia seiring dijadikannya Indonesia sebagai tuan rumah Piala AFF 2010 masih belum sirna. Namun, lagi-lagi masyarakat di buat sakit hati oleh tingkah dan perilaku para pucuk pimpinan kita.  Kita dipaksa marah oleh oknum yang mengatasnamakan diri demi kemajuan dunia sepakbola Indonesia. Munculnya kompetisi Liga Primer Indonesia (LPI) dengan Arifin Panigoro di belakangnya, dianggap menelikung dan merusak tatanan induk organisasi sepakbola negeri ini. PSSI sebagai induk sepak bola nasional kebakaran jenggot dan menganggap LPI ilegal dan merusak persatuan bangsa.

Tarik ulur LPI dengan PSSI dengan Nurdin Halid sebagai Ketua Umunya, mengakibatkan pihak Kepolisian bersikap netral dan profesional. Belum keluarnya ijin pertandingan LPI yang rencananya di mulai bergulir tanggal  8 Januari 2011 terancam batal. Bocoran terakhir,  BOPI (Badan Olahraga Profesional Indonesia) menyatakan lewat Ketua Umumnya Gordon Mogot bahwa LPI layak menggelar pertandingan perdana di Stadion Manahan Solo.  Di tambah lagi dengan maraknya demo para suporter yang mendukung klub pro PSSI dan pro LPI memanas. Adanya sanksi yang dikeluarkan oleh PSSI terhadap para pemain, pelatih, dan insan sepakbola yang masuk dalam lingkaran LPI begitu gencar di tebar. Para pengamat sepakbola banyak bersuara lantang. Segenap insan pecinta sepakbola meradang! Lagi-lagi kejadian ini membuat kita harus marah! Minimnya prestasi dunia sepakbola kita di kancah Interrnasional membuat kita hanya bisa mengelus dada lagi sembari menyumpah.

Sikap Kebersamaan dan Mengedepankan Kepentingan Masyarakat

Mungkin masih menjadi mimpi hampir setiap orang di Indonesia, akan tegaknya keadilan hukum di negeri ini. Prestasi sepakbola tanah air di kancah Internasional juga masih menjadi mimpi di siang bolong jika perilaku para pejabat masih mengutamakan kepentingan pribadi dan golongannya. Kita masyarakat awam, hanya berharap adanya sikap kebersamaan membangun kemajuan sepakbola kita. Para pejabat terkait harus mengedepankan kepentingan masyarakat yang haus akan prestasi. Bukan saling unjuk kekuasaan yang pada akhirnya hanya demi kepentingan pribadi saja. Kita harus belajar dari sejarah, bahwa semangat persatuan mampu mengantar Indonesia ke pintu kemerdekaan. Harusnya ada sikap ksatria dan malu pada nenek moyang kita, yang begitu gigih berjuang melawan penjajah, namun kita mengisi kemerdekaan dengan sikap kekanak-kanakan seperti yang terlihat dari kisruh ISL dan LPI. Berbicara dan duduk satu meja, mengacu pada kepentingan memajukan dunia sepakbola tanah air dan tidak mengeruk keuntungan di balik kisruh ini.

Tidak ada komentar: