Sabtu, 16 Oktober 2010

Menyingkap Makna dan Manfaat Hari Raya Idul Adha atau Hari Raya Qurban Bagi Kehidupan Manusia

Setiap manusia yang hidup di muka bumi ini, sebenarnya selalu dalam ujian dan cobaan dari Sang Pencipta. Ujian dan cobaan ini sangat bervariasi dan macamnya,  seringkali cobaan menimpa dalam wujud yang menyengsarakan, menyakitkan hingga berupa kematian. Namun, seringkali juga hadir bersamaan dengan kebahagiaan dan kemewahan hidup berupa kekayaan yang melimpah.
Ujian yang harus kita pahami dan sadari sehingga kita bisa belajar banyak hal dan makna kehidupan dari setiap fenomena dan kejadian yang menimpa kita atau peristiwa aneh sekitar kita, demi tujuan kehidupan sejati,  bahagia dunia dan akhirat.

Setelah,  di ciptakannya bulan puasa dan Hari idul Fitri oleh Sang Kuasa selama sebulan penuh sebagai media ujian tingkat keimanan kita, di mana pada bulan itu kita ditempatkan pada situasi yang  memaksa kita belajar bagaimana menahan hawa nafsu dan belajar menikmati rasa lapar. Lalu Sang Maha Besar, menciptakan Hari Raya Idul Fitri sebagai media ujian dan hadiah bagi orang-orang yang telah lulus melewati masa puasa.

Namun, sebenarnya ujian berikutnya telah menunggu kita, Sang Pencipta juga menciptakan sebuah hari di mana kita diuji kembali tingkat keimanan setelah sebulan penuh berpuasa, yaitu Hari Raya Idul Adha atau lebih sering kita maknai sebagai Hari Idul Qurban. Di mana pada hari itu, kita yang dalam masa cobaan, di uji lagi seberapa besar tingkat keberhasilan pendidikan di bulan puasa. Tuhan setengah mewajibkan (katanya bagi yang mampu) untuk melakukan ibadah Haji serta melaksanakan penyembelihan hewan ternak, khususnya berupa sapi, kambing, onta. Di sini, akan terlihat dengan jelas bagaimana dan seberapa besar, nafsu dunia menguasai hidup kita. 

Tidak banyak dari kita yang bisa lulus dari ujian di Hari Idul Adha, dan banyak alasan muncul ketika adanya syarat tambahan, bagi yang mampu, maka pembelaan diri bahwa kita belum mampu untuk berhaji dan berkurban. Faktor ekonomi menjadi tema dari alasan untuk mendapat pembenaran bahwa kita belum mampu untuk melakasanakan haji dan penyembelihan hewan kurban. Benarkah kita tidak mampu? Hanya hati yang bisa menjawab pertanyaan ini, dan tentunya agar jawaban  dilandasi keikhlasan dan kesadaran diri.

Sebenarnya apabila kita mau menelaah Hari Raya Idul Adha atau Hari Raya Kurban atau juga Hari Lebaran Haji terdapat makna mendalam yang sangat bermanfaat bagi kebahagiaan hidup kita di dunia dan akherat. Makna dan manfaat yang bisa kita ambil antara lain:

Pertama
, makna ketakwaan manusia atas perintah sang Khalik. Kurban adalah simbol penyerahan diri manusia secara utuh kepada sang pencipta, sekalipun dalam bentuk pengurbanan seorang anak yang sangat kita kasihi (Keteladanan Nabi Ibrahim mendapat perintah Tuhan untuk menyembelih putra tercinta, Nabi Ismail). Pada kondisi sekarang ini,  kita diuji ketakwaannya dengan keikhlasan dan penuh penyerahan tulus, untuk menyisihkan sebagian harta kita untuk di belikan ternak sebagai hewan kurban. Sebuah hal sederhana namun merupakan sesuatu yang sulit dilaksanakan, terlebih harus adanya sifat ikhlas dan menghindarkan  sifat pamer yang terkadang tidak bisa lepas dari hidup kita.

Kedua, makna sosial, di mana Rasulullah melarang kaum mukmin mendekati orang-orang yang memiliki kelebihan rezeki, akan tetapi tidak menunaikan perintah kurban. Dalam konteks itu, Nabi bermaksud mendidik umatnya agar memiliki kepekaan dan solidaritas tinggi terhadap sesama. Kurban adalah media ritual, selain zakat, infak, dan sedekah yang disiapkan Islam untuk mengejewantahkan sikap kepekaaan sosial itu. Di sini, terkadang kita terjebak oleh kecintaan duniawi dan kurang menyadari bahwa harta dan rezeki yang kita punya hanyalah titipan sekaligus ujian seberapa besar sifat amanah mampu menerangi hidup kita.

Ketiga, makna bahwa apa yang dikurbankan merupakan simbol dari sifat tamak dan kebinatangan yang ada dalam diri manusia seperti rakus, ambisius, suka menindas dan menyerang, cenderung tidak menghargai hukum dan norma-norma sosial menuju hidup yang hakiki. Di harapkan pada peristiwa peringatan Idul Adha ini,  sifat-sifat kebuasan yang menyerupai binatang ikut mati dan tersisa sifat terpuji layaknya insan kamil.

Mudah-mudahan kita termasuk dalam bagian manusia dan umat Nabi yang senantiasa takwa serta berpijak pada kebaikan demi kemuliaan hidup di  dunia  dan akhirat. Amin.